Bahaya Toxic Dopamine Terhadap otak manusia
Salah satu adab yang harus ditanamkan kepada para peserta didik adalah sifat mujahadah fi thalabil 'ilmi. Mujahadah yang artinya bersungguh -sungguh. Mujahadah fi thalabil 'ilmi artinya bersungguh -sungguh dalam menuntut ilmu.
![]() |
Toxic dopamine |
Sifat inilah yang menjadi kunci kesuksesan para ulama terdahulu. Disetiap waktu mereka selalu berperang melawan hawa nafsu, siang dan malam selalu lekat dengan buku. Tak kenal lelah, tak kenal jemu. Aktivitas ilmiah seperti membaca, menulis, menghafal, berdiskusi, sudah menjadi rutinitas sehari - hari.
Semua itu ditekuni dengan penuh kesabaran. Hasilnya, berkah dari keikhlasan dan ketabahan mereka, buah dari jerih payah dan perjuangan yang panjang, lahirlah karya -karya gemilang yang sangat bermanfaat.
Namun, sangat disayangkan, para penuntut ilmu dijaman sekarang seakan lupa bahwa ilmu hanya bisa didapat dengan pengorbanan. Hari ini, kebanyakan mereka terjebak dalam berbagai hal yang melalaikan. Tujuan utama untuk meraih pelajaran, hikmah dan faidah sebanyak mungkin, justru tersingkirkan karena terlarut dalam keasyikan dan kesenangan.
Maka dari itu tulisan ini akan membahas sifat muhajadah yang harus selalu diperbaharui. Kemudian, akan dijelaskan juga hakikat dari toxic dopamine yang dapat membunuh sifat mujahadah, dan bagaimana cara menghadapinya agar sifat itu senantiasa terpelihara dan tidak mudah hilang.
Teladan Sifat Mujahadah dalam Menuntut Ilmu
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Saudaraku ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan 6 perkara yang saya akan beritahukan rinciannya :
- Kecerdasan
- Semangat
- Bersungguh -sungguh
- Dirham (kesediaan uang)
- Bersahabat dengan ustadz
- Waktu yang panjang (diwan asy-Syafi'i 116)
Imam Asy -Syafi'i sendiri menceritakan bahwa saat hendak mencari ilmu, ia bahkan tidak mempunyai bekal yang cukup seperti alat tulis.
Ia berkata
"Saya seorang yatim yang tinggal bersama ibu saya. Ia menyerahkan saya ke kuttab (sekolah yang ada di masjid ) dia tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada sang pengajar sebagai upahnya mengajari saya. Saya mendengar hadits atau pelajaran dari sang pengajar, kemudian saya menghafalnya. Ibu saya tidak memiliki sesuatu untuk membeli kertas.
Maka setiap saya menemukan tulang putih, saya mengambilnya dan saya menulis di atasnya. Apabila sudah penuh tulisannya, saya menaruhnya didalam botol yang sudah tua." (Jami'u Bayanil ilmi wa fadhilihi, ibnu 'Abdil Barr 1/98)
Demikianlah. Meski tidak memiliki fasilitas yang memadai, asy -Syafi'i tetap bersemangat dan tidak mudah menyerah.
Untuk menumbuhkan sifat mujahadah, penting juga menyimak kutipan -kutipan dari para sahabat, tabi'in, dan ulama -ulama setelah mereka.
Seperti perkataan Abu ad-Darda radhiallahu 'anhu berikut ini
"Seandainya saya mendapatkan satu ayat dari al-Quran yang tidak saya pahami dan tidak ada seorangpun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad ( yang jaraknya 5 malam perjalanan dari mekkah ) niscaya aku akan menjumpainya.
Ungkapan tersebut menunjukan kecintaan dan keseriusan dalam memburu ilmu.
Kemudian, Sa'id bin Al musayyab juga mengatakan, "saya terbiasa melakukan rihlah berhari -hari hanya untuk mendapatkan satu hadits. "(Al Bidayah wan nihayah, ibnu katsir, 9/100
Ibnul Jauzi menceritakan, Imam Ahmad bin hambal sudah mengelilingi dunia sebanyak 2 kali hingga ia bisa menulis kitab Al musnad." Al jarh wat Ta'dil, ibnu Abi hatim)
Imam Baqi bin Makhlad melakukan rihlah 2 kali: dari mesir ke Syam (sekitar Suriah) dan dari Hijaz (sekitar mekah) ke Baghdad (irak) untuk menuntut ilmu syar'i. Rihlah yang pertama selama 14 tahun dan yang kedua selama 20 tahun berturut -turut (tadzkiratul Huffadz,2/630)
Sebenarnya masih banyak lagi perkataan yang menunjukan semangat dan kesungguhan ulama salaf dalam menuntut ilmu. Hanya saja tidak cukup untuk disebutkan satu per satu dalam tulisan sederhana ini.
Bahkan kesungguhan mereka dalam membaca dan menulis lebih menakjubkan lagi. Imam ibnu Jarir Ath-thabari misalnya. Penghulu para ahli tafsir ini menulis setiap harinya 14 halaman.
Belum lagi ibnu Aqil, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayim, Ibnu Hajar Al -Asqalani, imam An Nawawi, Imam As -Suyuthi, mereka semua menulis banyak karya, berjilid -jilid, dan sampai hari ini ilmu yang mereka tulis masih relevan meski telah berlalu berabad -abad lamanya.
Tentu saja semua itu tidak diwujudkan dengan bersantai -santai. Tetapi dengan sifat mujahadah yang selalu membara didalam jiwa mereka.
Mengenal Toxic Dopamine dan pengaruhnya
Menurut keterangan para ahli, dopamine adalah sebuah senyawa kimiawi yang ada di otak. Senyawa ini berperan memengaruhi emosi, rasa senang, motivasi dan rasa sakit. Kadarnya bisa naik dan bisa turun. Oleh sebagian peneliti, dopamine disebut sebagai happy hormone (hormon yang memunculkan rasa bahagia).
Jika seseorang melakukan kegiatan yang menyenangkan, senyawa dopamine bisa meningkat. Salah satu contoh kegiatan yang menyenangkan adalah bermain game, sosial media, mengonsumsi makanan faforit, berselancar didunia maya, menonton video, film dan sebagainya.
Dopamine atau hormon kebahagiaan ini jika dilepaskan dalam jumlah besar, akan menyebabkan ketergantungan dan kecanduan (addict) seperti kasus kecanduan menggunakan zat adiktif lainnya.
Contohnya seperti bermain gadget. Bermain gadget terus -menerus ternyata dapat meningkatkan produksi senyawa dopamine secara berlebihan. Rasa senang dan nyaman bergawai ria akan menyebabkan kecanduan.
Para thalibul ilmi harus tahu, aplikasi sosial media facebook memang dikonsep menggunakan algoritma dan fitur untuk membangkitkan senyawa dopamine pada diri penggunanya.
"Facebook will continue to do everything they can to keep your eyes glued to the screen as often as possible"
(Pihak facebook akan terus berusaha melakukan apapun agar mata kalian selalu melekat pada layar gadget sesering mungkin)
Demikian tulis Trevor Haynes, seorang peneliti di Departemen Neurologi di Harvard Medical School.
Inilah alasan kenapa seseorang sangat betah bermaim game atau bermedia sosial hingga tidak terasa ternyata telah menghabiskan waktu berjam -jam.
Tetapi ketika tiba saatnya membaca, walau baru sepuluh menit, rasa suntuk dan bosan langsung datang menyerang. Itulah akibat apabila seseorang selalu membanjiri otaknya dengan dopamine.
Singkat kata, dopamine adalah zat yang harus dikontrol. Jika tidak ia akan menjadi toxic (dopamine toxicity) :racun yang mempunyai daya rusak terhadap otak
Selain itu secara kaidah, dopamine seharusnya muncul apabila seseorang benar-benar merasakan kebahagiaan yang nyata. Misalnya berhasil meraih cita -cita, mendapat rezeki yang melimpah, memperoleh beasiswa keluar negeri, berjodoh dengan sosok yang diidamkan, dan sebagainya.
Namun, kebanyakan orang hari ini bagai penikmat ekstasi, mencari kepuasan dan kesenangan pada hal -hal yang semu.
Contohnya seperti mendapat like dan komentar di akun media sosial semacam facebook dan instagram, terhibur dengan video -video lucu, atau sekedar menang game online, yang tidak berhadiah apa-apa, karena merasa itu permainan yang seru, hati seseorang langsung berbunga-bunga. Padahal semua itu adalah reward palsu.
Nah, apabila seorang penuntut ilmu merasakan hal yang demikian, berarti otaknya harus diistirahatkan. Maksud dari "diistirahatkan" disini bukan berarti tidak difungsikan sama sekali. Akan tetapi justru otak diberhentikan untuk sementara waktu dari memproduksi dopamine semu.
Tujuan utamanya adalah mengatur ulang definisi kebahagiaan dan kesenangan. Sehingga fungsi otak kembali berjalan dengan normal.
Adalah masalah jika seorang penuntut ilmu kecanduan konten-konten dan fitur -fitur yang sudah dijelaskan diatas. Karena seorang pelajar, baik itu santri di ma'had atau siswa di sekolah umum, seharusnya kecanduan buku. Bukan malah ketagihan game online, berita gosip, lawakan receh, tayangan yang tidak mendidik dan sebagainya.
Sekali lagi perlu dipertegas, bahwa dalam konteks thalabul 'ilmi, jika toxic dopamine tidak segera di atasi, virus malas akan semakin mengakar. Atmosfer keilmuan akan hilang. Kultur akademik akan punah, Budaya literasi akan mati. Akibatnya, generasi yang akan datang semakin terjebak dalam kebingungan (confuse)
Posting Komentar untuk "Bahaya Toxic Dopamine Terhadap otak manusia"